MERASA
engkau menaruh rona di hati saat jiwaku bernyanyi tentangmu
engkau memeluk hangat kalbuku, melukis indah anganku saat mataku berbinar mengenangmu
ah, kaupun menggugah resah, mengoyak siang malamku
kau menghela waktuku lambat... lambat bergulir, membentur dinding-dinding sepi, berujung hitam kelam mentari
kau menaruh rona di hati, memeluk hangat kalbuku kala jiwaku bernyanyi tentangmu
mengapa aku? dan mengapa kamu?
rasa ini... mengapa?
DI ATAS SATU TANYA
aku memeluk malam yang berbisik mesra di sisi hatiku dan bergelayut manja di tepian satu tanya: ”mengapa?”
ah, malam, engkau membawa anganku berdansa di titian waktu tak bertepi
saat itu, tatkala malam masih di sana, bercumbu denganku
aku teguh berdiri, berpijak pasti di atas satu tanya:
”mengapa?”
PADA HATIKU
putri, engkau turun ke bumi dan menjejak pasti pada satu hati
di sana kau menorehkan rindu menembus waktu, dahaga tak bermuara, dan satu rasa... tanpa nama...
KARENAMU
malam itu engkau datang tanpa pesan
engkau datang berpacu dalam deru tak tertuju
dan aku diam, menggigil sepi, dan mati, karenamu...
SATU TANYA
engkau hadir dalam kelana jiwa yang berdesak dalam benak
auramu menyeruak, memeluk hangat padang salju alaskaku
aku tenggelam dalam dasar bermuara ragu, mabuk kepayang anggur kahyangan
matamu bak mentari alam tropis, menyapa hangat padang ilalang tak bertuan di relung hatiku
ah, aku terbuai, terbang dan berdansa dengan awan putih seiring dendang cinta angin malam, dan aku tertambat dalam renda tanya:
”putri, engkaukah itu?”
SAAT KAU MENYAPA
dalam dingin malam yang merapat tanpa sekat
engkau merambat cepat melawat aku yang larut dalam pekat
kau hadir tanpa pesan, menjejak berjuta kesan
dingin malam tanpa sekatpun bercelah oleh hangatmu yang merekah
dan aku kau peluk erat, berbagi kisah menjalin gundah
dia yang di sana, dia yang di sini kau bawa serta padaku di sepinya kalbu
AKU . . . PADAMU
bisu kalbuku bersenandung tentangmu yang mabuk kepayangkan aku
aku menghitung yang tak terkira, menjamah yang tiada,
dan luruh dalam beku, menggoreskan parasmu di laras kalbuku
tiadamu hadirkan kelana jiwa, hadirmu sesatkan aku dalam nirwana
kan terus kuhitung yang tak terkira, memeluk erat yang tiada,
dan lebur dalam atmosfermu, bersinar di langit malammu
*(all poems are written by John, these 7 poems are his favorite poems among other poems that he wrote during 2001-2008 and never been published before)