J o h N o t e
j o h N o t e:
It’s New!
Ternyata menulis tidaklah mudah. Salah satu tantangan terberatnya adalah konsistensi, yang notabene juga menjadi penantang kelas berat bagi seabrek aktivitas lain. Ada banyak ide yang sebenarnya mengalir dalam apa yang saya sebut sebagai ‘sungai kognitif’, ide-ide yang siap tersaji dalam aksara kaya makna, yang diharapkan bisa memberi pencerahan dan bisa melahirkan apa yang saya sebut sebagai ‘momen aha!’ bagi kita semua. Namun kemudian jalan keluar aliran tersebut tersumbat, tersekat, dan terhambat. Sumbat tersebut –seperti yang sudah saya perkenalkan di awal- ialah konsistensi. Sekat yang lain adalah kreativitas menulis, yang dalam waktu lebih dari enam bulan terakhir ini menjadi barang langka buat saya.
Menulis, di sisi lain, bagi saya adalah passion, yang walaupun dalam kurun waktu yang berlalu dia sudah mati suri karena kehabisan asupan gizi konsistensi dan kreativitas, namun ternyata tetap ada dalam diri dan kembali memanggil saya untuk melanjutkan usaha berbagi inspirasi dan melukis warna warni di jiwa kita.
Dalam tahapan hidup saya sekarang, menulis juga berarti proses bertumbuh. Itulah penjelasan atas berubahnya style tulisan saya. Ada beberapa tulisan dari J o h N o t e yang dengan pertimbangan tertentu tetap saya sertakan di sini. Ini tulisan yang sama mengenai kehidupan, yang tetap dihadirkan dengan penuh rasa cinta pada kita semua, pada kehidupan dan Hidup itu sendiri. Inilah j o h N o t e.
Monday, February 15, 2010
Fragile! Handle with Care
Sejauh pengetahuan saya sampai saat ini, tulisan “Fragile! Handle with Care” tidak dicetak dalam keindahan seni level tinggi, yang penting tulisan tersebut bisa terbaca dan dipahami dengan jelas. Itu sudah cukup. Hal itu berbeda dengan tato misalnya, yang tercetak dalam keindahan seni level tinggi. Sekadar jelas saja tidaklah cukup. Pertanyaan tiba-tiba menyeruak dalam benak: “Ada nggak ya orang yang punya tato berupa tulisan “Fragile! Handle with Care” yang ditorehkan di salah satu bagian tubuh yang bisa dengan mudah dilihat oleh sang pemilik tato maupun orang lain, yang eye-catching, dan didesain dengan keindahan seni level tinggi?” Hmmm…. Kalau ada, saya ingin sekali bertemu sang pemilik tato, melihat tatonya, dan lebih dari itu, saya ingin tahu alasan dibalik pemilihan tato tersebut. Kalau ada…
Bagi saya, kita ini seperti wadah yang memuat barang rentan pecah tanpa tulisan “Fragile! Handle with Care” pada diri kita. Saya yang beberapa waktu lalu tiba-tiba dihajar thypus, saudara yang harus menjalani operasi besar karena tubuhnya penuh racun akibat bocornya saluran empedu, saudara lain yang terkena bakteri misterius mematikan –yang awalnya disangka bisul biasa- yang bila terlambat dioperasi bisa fatal akibatnya, teman dari sahabat saya yang kalah telak oleh kanker darah ganas sementara dia belum puas berbagi kebahagiaan bersama dengan suami dan bayi mungilnya merupakan sebagian kecil dari cerita kehidupan yang saya alami, ada di depan mata saya, dan yang hanya saya rasakan getarnya dari cerita orang lain, sekelumit cerita kehidupan yang menyodorkan bukti tak terbantah bahwa peringatan “Fragile!” layak kita sematkan –entah bagaimana cara dan bentuknya- pada diri kita.
Di sisi lain kita berjumpa dengan barisan sakit hati, teman-teman yang tidak berdaya mengawal kemarahan, berjuang menerima dan berdamai dengan diri, dan sahabat-sahabat yang terjerembab jatuh oleh nafsu setan yang menjegal liar. Itu semua merupakan sedikit cerita kehidupan yang sekali lagi menyodorkan bukti tak terbantahkan betapa rentannya kita.
Tanpa peringatan “Fragile!” serta absennya peringatan dari orang lain, hal-hal, serta kejadian-kejadian tertentu, seringkali kita lupa betapa rentannya diri kita, kadang-kadang atau seringkali kita merasa diri kita kuat, bahkan kita menjadi arogan ketika merasa ada di puncak kehidupan, ketika kita merasa baik-baik saja. Tanpa perintah “Handle with Care” sekalipun, di era kemajuan ini kita sudah mempunyai kesadaran tinggi untuk menjaga diri dan jiwa kita agar tetap terpelihara dengan baik, walaupun kesadaran itu sebenarnya rapuh, hancur melepuh bila terkena percikan hedonisme dan sikap terlalu mengasihi diri sendiri. Orang-orang yang sebisa mungkin menjaga dirinya dengan sangat baik sekalipun tetap terjerembab jatuh tanpa alasan yang bisa kita pahami.
Rentan, itulah kita. Usaha untuk menjaga diri dengan baik kadang pada sebagian orang adalah kesia-siaan. Kesia-siaan yang sama sewaktu-waktu bisa memeluk kita dan dalam sekejap mata menghancurkan segala usaha kita. Rentannya diri kita, seperti nampak dalam cerita kehidupan kita pada akhirnya membawa saya untuk belajar bersyukur atas apapun yang ada dan terjadi dalam hidup saya, bersyukur tadi pagi masih bisa terbangun karena ponsel yang berdering nyaring dan bisa mendengar dengan baik dan jelas suara teman yang pamit kembali ke Jakarta. Bersyukur saya masih hidup.
Rapuhnya segala usaha terbaik kita membuat saya sadar bahwa saya hanya bisa bergantung pada Sang Sumber Kuat saja untuk bisa bertahan. Untuk mengingatkan betapa rentannya diri saya dan betapa saya perlu menjaga diri saya dengan baik, “Fragile! Handle with Care” tentu saja tidak mungkin saya tuliskan pada tubuh saya, tidak juga dengan menorehkan tato yang mempunyai keindahan seni level tinggi.
(Surabaya, Februari 2010)
1 comment:
very true.... Sadly, most of the time we take life for granted. thanks John your writing reminds me again and again that we cant and shouldnt rely on our own strength.
Post a Comment