J o h N o t e

j o h N o t e:

It’s New!


Ternyata menulis tidaklah mudah. Salah satu tantangan terberatnya adalah konsistensi, yang notabene juga menjadi penantang kelas berat bagi seabrek aktivitas lain. Ada banyak ide yang sebenarnya mengalir dalam apa yang saya sebut sebagai ‘sungai kognitif’, ide-ide yang siap tersaji dalam aksara kaya makna, yang diharapkan bisa memberi pencerahan dan bisa melahirkan apa yang saya sebut sebagai ‘momen aha!’ bagi kita semua. Namun kemudian jalan keluar aliran tersebut tersumbat, tersekat, dan terhambat. Sumbat tersebut –seperti yang sudah saya perkenalkan di awal- ialah konsistensi. Sekat yang lain adalah kreativitas menulis, yang dalam waktu lebih dari enam bulan terakhir ini menjadi barang langka buat saya.


Menulis, di sisi lain, bagi saya adalah passion, yang walaupun dalam kurun waktu yang berlalu dia sudah mati suri karena kehabisan asupan gizi konsistensi dan kreativitas, namun ternyata tetap ada dalam diri dan kembali memanggil saya untuk melanjutkan usaha berbagi inspirasi dan melukis warna warni di jiwa kita.


Dalam tahapan hidup saya sekarang, menulis juga berarti proses bertumbuh. Itulah penjelasan atas berubahnya style tulisan saya. Ada beberapa tulisan dari J o h N o t e yang dengan pertimbangan tertentu tetap saya sertakan di sini. Ini tulisan yang sama mengenai kehidupan, yang tetap dihadirkan dengan penuh rasa cinta pada kita semua, pada kehidupan dan Hidup itu sendiri. Inilah j o h N o t e.

Monday, February 22, 2010

Sisi

Mari berbicara tentang sisi. Sisi yang saya maksud disini bukan “sisi” yang biasa saya dan banyak orang lain gunakan untuk menggambarkan aktivitas membuang ingus. Untuk membuang ingus, tentu saja kita harus tahu sisi mana dari hidung kita yang tersumbat ingus dan perlu pelepasan lewat aktivitas “sisi”. Aktivitas itu sungguh melegakan, memberi efek “plong” untuk hidung kita yang tersumbat. Seandainya kita tidak mempunyai kemampuan untuk mengenali sisi hidung kita yang perlu “disisikan”, wah… yang tersumbat tetap akan tersumbat, dan aktivitas “sisi” menjadi aktivitas yang sia-sia hanya karena kita tidak bisa mengenali salah satu sisi tubuh kita dengan baik.

Pemahaman tentang sisi menuntut kualifikasi yang nampaknya sederhana, namun tidak sesederhana yang kita pikirkan, walaupun juga tidak serumit sangkaan kita. Kualifikasi tersebut adalah kemampuan untuk mengenali sisi dengan baik dan memaksimalkan pengenalan tersebut bagi kehidupan, diri kita, dan orang-orang di sekitar kita. Mengenali sisi-sisi kehidupan, pada waktu-waktu tertentu terasa lebih sederhana daripada mempelajari sisi-sisi bangun ruang dalam pelajaran Matematika, namun pada waktu yang lain, yang sebaliknya terjadi. Ketika kita tidak mampu mengenali dengan baik sisi lain kehidupan dimana kita berada, ketidaknormalan mengetuk dan langsung masuk, tanpa basa basi dia menusuk dan membuat kita merasa semakin buruk dan terpuruk. Mengenali sisi-sisi kehidupan kita dengan baik adalah penting, dalam skala mikro dan konteks dunia fisik, itu sama pentingnya dengan mengenali sisi mana dari hidung kita yang tersumbat supaya kita bisa mempunyai “sisi” yang tepat, supaya “plong”.

Ada satu hal sederhana mengenai sisi kehidupan yang saya percaya sudah kita ketahui, namun seringkali tidak kita sadari, yaitu bahwa kehidupan selalu mempunyai banyak sisi. Kesadaran bahwa kehidupan bersifat “multi sisi” menjadi hal vital dalam perjalanan hidup kita. Saat dimana kita berhenti hanya pada pengetahuan bahwa kehidupan mempunyai banyak sisi, itulah saat dimana kita akan menjadi frustasi ketika kehidupan seolah-olah tak berkawan lagi dengan kita. Kita perlu memperhatikan kehidupan dengan cermat dan kemudian berjalan lebih jauh, berlari lebih kencang, dan melompat lebih tinggi untuk menggapai kesadaran bahwa kehidupan bersifat multi sisi, selalu ada sisi lain yang bisa kita lihat, sisi yang memberi pencerahan, ide, semangat, inovasi, pandangan, dan solusi baru. Pengetahuan mengisi kita dengan bahan bakar, kesadaran mengaktifkan “tombol on” dalam diri kita untuk kita berbuat sesuatu, seperti kata seorang politikus beberapa waktu yang lalu, “Hidup adalah Perbuatan”.


Upaya untuk memperhatikan kehidupan serta usaha keras untuk berjalan, berlari, dan melompat demi menggapai kesadaran yang membawa kita pada perbuatan adalah apa yang saya pelajari untuk saya lakukan dalam waktu-waktu dalam kehidupan saya, khususnya beberapa bulan terakhir ini, ketika saya memilih untuk menjadi pengangguran, pelajaran besar lainnya adalah dalam beberapa tahun terakhir dalam hidup saya, ketika saya memilih untuk melepas orang yang masih saya sayangi. Pada saat-saat itulah, saya menemukan dan melihat sisi lain dalam kehidupan saya, sisi yang mempunyai keindahan yang berbeda yang mengajarkan pada saya ramahnya warna warni kehidupan, serta betapa setia dan baiknya Sang Hidup.

Upaya memperhatikan kehidupan serta usaha untuk berjalan, berlari, dan melompat demi mencapai kesadaran dalam melihat sisi lain dalam kehidupan kita tidaklah mudah sekalipun untuk hal-hal yang bagi kita “biasa saja” atau “memang sudah begitu” karena seringkali kita melihat hal-hal tersebut hanya dalam satu sisi dan memilih mengabaikan sisi lain, apalagi untuk hal-hal “luar biasa” atau “seharusnya tidak begitu”. Upaya dan usaha tersebut memanglah tidak pernah mudah. Bagaimana saya bisa melihat sisi lain dari fakta bahwa dalam beberapa bulan terakhir ini saya pengangguran? Bagaimana saya mampu melihat sisi cerah dari kelamnya fakta bahwa saya rasa saya sudah mengambil keputusan yang salah dengan melepas orang yang masih saya sayangi? Bagaimana pula dengan seorang teman yang harus merelakan hilangnya kebahagiaan bersama istrinya hanya dalam waktu yang singkat? Bagaimana juga dengan orang-orang yang tiba-tiba kehilangan orang yang dikasihi karena kecelakaan atau bencana? Ada banyak “Bagaimana” lain yang tidak akan habis saya tuliskan, semuanya hanya menunjukkan pada kita bahwa menyadari sisi lain dari kehidupan tidaklah mudah, namun demikian ada banyak sekali kisah dari mereka yang mampu melihat sisi lain dari kehidupan dan bangkit untuk lebih mencintai kehidupan dan Sang Hidup. Saya bersyukur saya adalah salah satu dari mereka.

Tidak ada tips khusus untuk meraih kesadaran bahwa kehidupan bersifat “multi sisi”. Kehidupan akan selalu “multi sisi”, itulah karunia Sang Hidup buat kita. Jika bisa disebut tips, mengenal Sang Hidup adalah satu hal yang bisa kita lakukan untuk menyadari berbagai sisi kehidupan yang Sang Hidup anugerahkan, untuk melihat the right side of the left, the white side of the black, dan the bright side of the dark.

2 comments:

Anonymous said...

menarik....
belajar dan berbicara tentang kehidupan memang tidak akan pernah habis,,,sama dengan kita mengupas kesemua sisi dari 'multi sisi' itu.
kehidupan yang selalu bergerak, bernafas, dan bahkan bertumbuh; sampai terkadang membuat kita yang 'memiliki'nya tidak sadar.
bersyukur kepada Sang Pencipta dan Pemerhati itu yang selalu setia mangamati dan mencatat kehidupan kita,sampai suatu titik kita membutuhkanNya.
untuk menyadarkan keberadaan hidup kita.
hehehehe..

Aditya Pandu Satria said...

proud of u bro!
keren